Jika Anda telah memulai membangun istana di udara, biarkan ia berada di tempatnya. Anda jangan terpengaruh dengan angin, matahari, atau pun embun pagi. Karena pekerjaan Anda itu tidaklah sia-sia. Sekarang Anda tinggal membuat pondasi dibawahnya dengan sinergisme, berani, optimis, dan fokus pada cita-cita.
Seorang imigran asal Iran, Ernst Hamwi, berprofesi sebagai penjual kue wafel khas Iran. Pada acara World’s Faor tahun 1905, ia membuka gerai wafelnya. Ia bekerja kerasdan memulai menjual dagangannya dengan membagi-bagikan secara gratis contoh kue nya kepada setiap pengunjung yang lewat di depan stand nya. Tetapi tampaknya semua usahanya tidak begitu menggembirakan. Tak seorangpun yang berminat membeli kue wafelnya.
Lebih mengenaskan lagi, setiap harinya ia menyaksikan ribuan pengunjung berjalan melewati gerai wafelnya tanpa menghiraukan apa yang dijualnya. Mereka semua berbondong-bondong, bahkan sampai mengantri di depan gerai es krim yang letaknya Cuma dua gerai dari gerai Ernst. Sungguh ia merasa iri melihat gerai es krim yang setiap harinya meraup banyak pengunjung dan yang pasti juga banyak uangnya.
Tetapi, pada suatu hariyang cukup terik, Allah SWT memberikan “pembelajaran” baru kepada Ernst. Hari itu rupanya gerai es krim kewalahan menghadapi serbuan pembeli. Sampai-sampai, pemilik es krim kehabisan piring. Karena sudah tidak tahu harus beruat apa lagi, terpaksa ia menuju gerai milik Ernst untuk memnjam piring tambahan.
Ternyata Ernst pun tidak memiliki piring. Dia hanya memiliki banyak persedaan kue wafel khas Iran yang rasanya lembut dan manis. Tiba-tiba Ernst mendapat ide smart. Mengapa tidak digulung saja kue-kue wafelnya itu menjadi bentuk kerucut (cone). Tentunya, dengan bentuk cone akan bisa menjadi wadah es krim yang ideal. Ternyata cone yang berbentuk seperti bel itu memang sangat cocok untuk dijadikan wadah es krim. Begitulah awalnya “perkawinan” antara es krim dan kue wafel.
Cone es krim akhirnya berhasil menciptakan sensasi selama berlangsungnya World’s Fair tahun 1905 itu. Sampai sekarang (satu abad) cone es krim masih menjadi makanan kegemaran banyak orang.
Pada kenyataannya, kisah mengenai es krim dan cone nya Ernst Hamwi merupakan contoh yang sesuai dengan konsep sinergisme. Yang dimaksud dengan sinergisme adalah perkawinan atau gabungan dua konsep yang bereda, yang menghasilkan sesuatu yang jauh lebih hebat dibandingkan kalau komponennya bekerja sendiri-sendiri.
Coba Anda bayangkan sejenak. Bagaimana seandainya Anda diminta untuk menciptakan sinergisme paling hebat untuk menghasilkan kekayaan. SINERGI ITU HARUSLAH MUDAH DIDUPLIKASIKAN, SEHINGGA SETIAP ORANG BISA BERPARTISIPASI. HARUS TUMBUH SECARA EKSPONENSIAL, BUKANNYA LINIER. HARUS MUDAH DIPEROLEH DIMANAPUN DAN KAPANPUN.
Kabar baiknya, sinergi yang sempurna seperti gambaran diatas sudah ada dan bisa Anda peroleh. Konsep sinergisme paling hebat: Smart Marketing, tidak lain merupakan konsep sinergi yang luar biasa dan brilian. Gabungan dari bentuk CORPORATE, FRANCHISE, dan NETWORK MARKETING.
(Majalah Tarbawi edisi 107 Th. 7/Rabi’ul Awwal 1426 H/28 April 2005)
http://www.ParadigmaSukses.com/
Seorang imigran asal Iran, Ernst Hamwi, berprofesi sebagai penjual kue wafel khas Iran. Pada acara World’s Faor tahun 1905, ia membuka gerai wafelnya. Ia bekerja kerasdan memulai menjual dagangannya dengan membagi-bagikan secara gratis contoh kue nya kepada setiap pengunjung yang lewat di depan stand nya. Tetapi tampaknya semua usahanya tidak begitu menggembirakan. Tak seorangpun yang berminat membeli kue wafelnya.
Lebih mengenaskan lagi, setiap harinya ia menyaksikan ribuan pengunjung berjalan melewati gerai wafelnya tanpa menghiraukan apa yang dijualnya. Mereka semua berbondong-bondong, bahkan sampai mengantri di depan gerai es krim yang letaknya Cuma dua gerai dari gerai Ernst. Sungguh ia merasa iri melihat gerai es krim yang setiap harinya meraup banyak pengunjung dan yang pasti juga banyak uangnya.
Tetapi, pada suatu hariyang cukup terik, Allah SWT memberikan “pembelajaran” baru kepada Ernst. Hari itu rupanya gerai es krim kewalahan menghadapi serbuan pembeli. Sampai-sampai, pemilik es krim kehabisan piring. Karena sudah tidak tahu harus beruat apa lagi, terpaksa ia menuju gerai milik Ernst untuk memnjam piring tambahan.
Ternyata Ernst pun tidak memiliki piring. Dia hanya memiliki banyak persedaan kue wafel khas Iran yang rasanya lembut dan manis. Tiba-tiba Ernst mendapat ide smart. Mengapa tidak digulung saja kue-kue wafelnya itu menjadi bentuk kerucut (cone). Tentunya, dengan bentuk cone akan bisa menjadi wadah es krim yang ideal. Ternyata cone yang berbentuk seperti bel itu memang sangat cocok untuk dijadikan wadah es krim. Begitulah awalnya “perkawinan” antara es krim dan kue wafel.
Cone es krim akhirnya berhasil menciptakan sensasi selama berlangsungnya World’s Fair tahun 1905 itu. Sampai sekarang (satu abad) cone es krim masih menjadi makanan kegemaran banyak orang.
Pada kenyataannya, kisah mengenai es krim dan cone nya Ernst Hamwi merupakan contoh yang sesuai dengan konsep sinergisme. Yang dimaksud dengan sinergisme adalah perkawinan atau gabungan dua konsep yang bereda, yang menghasilkan sesuatu yang jauh lebih hebat dibandingkan kalau komponennya bekerja sendiri-sendiri.
Coba Anda bayangkan sejenak. Bagaimana seandainya Anda diminta untuk menciptakan sinergisme paling hebat untuk menghasilkan kekayaan. SINERGI ITU HARUSLAH MUDAH DIDUPLIKASIKAN, SEHINGGA SETIAP ORANG BISA BERPARTISIPASI. HARUS TUMBUH SECARA EKSPONENSIAL, BUKANNYA LINIER. HARUS MUDAH DIPEROLEH DIMANAPUN DAN KAPANPUN.
Kabar baiknya, sinergi yang sempurna seperti gambaran diatas sudah ada dan bisa Anda peroleh. Konsep sinergisme paling hebat: Smart Marketing, tidak lain merupakan konsep sinergi yang luar biasa dan brilian. Gabungan dari bentuk CORPORATE, FRANCHISE, dan NETWORK MARKETING.
(Majalah Tarbawi edisi 107 Th. 7/Rabi’ul Awwal 1426 H/28 April 2005)
http://www.ParadigmaSukses.com/
No comments:
Post a Comment