Tuesday, February 20, 2007

Hidup dalam Dunia Peniruan

Ada dua hal yang perlu dilakukan pada masa sekarang. Pertama, orang kaya sebaina mempelajari KEHIDUPAN orang miskin. Kedua, orang miskin sebaiknya mempelajari CARA KERJA orang kaya.

Kita semua dberi oleh Allah SWT bakat dan kemampuan yang berbeda untuk masing-masing orang. Tetapi ada satu hal yang semua oang TANPA KECUALI mampu melakukannya yaitu: MENIRU. Pernahkah Anda renungkan, betapa hebat bahkan jeniusnya orang dalam hal tiru meniru. Bahkan bisa kita simpulkan bahwa hal yang mampu dilakukan dengan amat baik oleh semua orang adalah tiru-meniru.

Kita hidup dalam dunia peniruan. Maksudnya, dalam kehidupan ini, kita semua senantiasa meniru dalam segala hal. Rasulullah SAW ditugaskan ke dunia ini, juga salah satunya untuk ditiru oleh ummatya. Kita melakukan hal tersebut dari mulai kita lahir sampai dengan mati. Pasalnya, meniru memang merupakan hal yang sangat mudah dilakukan.

Para psikolog menamakannya modeling and mirroring (meniru dan bercermin). Ungkapan monkey see, monkey do (kera melihat, kera melakukannya) dapat diubah menjadi “orang melihat, orang melakukannya”.

Demikian gemarnya kita meniru, sehingga saat memutuskan untuk bekerja, kitapun meniru orang yang sudah lebih dahulu bekerja. Selama ribuan tahun, anak-anak petani meniru orang tua mereka dan akhirnya menjadi petani juga. Demikian pula dengan anak-anak tukang sepatu. Mereka juga mengikuti jejak orang tua mereka untuk menjadi tukang sepatu. Oeh karena itulah banyak orang Amerika yang nama belakangnya berasal dari nama-nama profesi. Misalnya Farmer (Petani), Smith (Pandai Besi), Carpenter (Tuang Kayu), Tailor (Penjahit) dan lain-lain.

Tetapi, dengan adanya revolusi industri, jutaan anak-anak yang menyandang nama keluarga tadi tidak mau meniru tradisi keluarga mereka. Mereka berbondong-bondong ke kota untuk meniru konsep baru dalam bekerja. Yakni, konsep bekerja untuk orang lain. Tentu saja, pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan yang umum kita kenal sekarang. Yaitu, bekerja dari jam 9.00 sampai dengan jam 17.00. Sebetulnya, selama tidak mengharapkan standar kehidupan yang tinggi, orang-orang yang ikut-ikutan bekerja untuk orang lain itu sudah cukup puas dengan apa yang mereka peroleh.

Seperti halnya dalam sendi-sendi kehidupan yang lainnya, kita pun harus jeli pada waktu meniru. Patut diingat bahwa meniru itu tidak selamanya akan mendatangkan sesuatu yang lebih baik, efisien ataupun produktif. Bahkan kebiasaan meniru ini justru sering menjadikan sejumlah orang malas untuk berpikir.

Kita meniru orang-orang lain, sedangkan orang-orang lain justru meniru kita. Dan yang sering kita lakukan adalah menganggap bahwa orang-orang yang kita tiru adalah benar. Dengan kata lain, kita MENGANGGAP bahwa kita meniru orang yang tepat.

Hal yang sama terjadi dalam hal kita mengambil pekerjaan tanpa berpikir dulu mengapa kita mengambilnya. Kebanyakan orang mengira bahwa BEKERJA UNTUK ORANG LAIN merupakan cara terbaik untuk menciptakan kemakmuran & kesejahteraan. Padahal, kenyataannya, cara tersebut TIDAK MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN SEJATI. Bekerja untuk orang lain hanyalah menciptakan PENGHASILAN SEMENTARA.

Kalau begitu, mengapa kita tidak cari saja cara untuk meniru sistem penciptaan kekayaan sejati ? Carilah orang yang berpenghasilan besar dan tirulah apa yang dilakukannya.


(Majalah Tarbawi edisi 103 Th. 6/Muharam 1426 H/3 Maret 2005)


Related Link:
http://www.ParadigmaSukses.com/

1 comment:

harry said...

Betul. Jiplak menjiplak bukan hanya dunia anak-anak. Di bisnis network marketing, bahkan duplikasi yang sempurna menjadi bagian teknik pengembangan group